Toyota adalah produsen mobil yang
menjadi pemimpin pasar di Jepang, dengan sebuah fortopolio dari merek-merek
untuk menggapai pasar-pasar yang berbeda. Toyota mempunyai devisi mobil kecil,
yang melakukan penjualan dengan menggunakan merek Daihatsu, dan juga kendaran
besar dengan merek Hino. Sementara itu, merek Lexus digunakan untuk mobil-mobil
mewa, nama tersebut diambil dari kata Luxury dan Elegance. Dealer-dealer Lexus
dikenal mempunyai custumer service yang berkwalitas, menciptakan kultur ksetian
pelanggan yang terpisa dari hal-hal yang lebih fokus kepada kegiatan
operasional pada grup utama.
Dalam angka, perusahaan
mempekerjakan lebih dari 250 ribu tenaga kerja, menjual sekitar tujuh miliar
mobil setiap tahunnya di setiap 150 negara. Sementara di belakangnya ada 3
perusahaan besar GM, Ford, dan Daimler Chrysler jika dilihat dari volume
penjualan, Toyota mempunyai kapabilitas yang lebih besar dari gabungan ke 3
perusahaan tersebut. Hal ini mengingatkan kita bahwa, ukuran dan pangsa pasar
tidak selalu menjadi jalan menuju kesuksesan bagi pihak inpestor.
Toyota memulai hidupnya pada
tahun 1937 sebagai penggantian dari Toyota Autometic Loom Work, salah satu
pemimpin dalam bidang manufaktur dari mesin-mesin dan di kepalai oleh investor
Jepang top yang bernama Sakichi toyoda. Anaknya yang bernama Kiichiro diberikan
tantangan untuk menciptakan perusahaan yang sukses seperti yang dapat kita
lihat sekarang.
Kunci kesuksessan dari Toyota
adalah pembinaan hubungannya dengan para karyawan dan konsumen. Kekurangan
dalam sekala besarnya modal dan sumber daya membuat Toyota mencari kelebihan
dan peluangnya sendiri. Perusahaan ini memfokuskan diri untuk mengembangkan
volue ( nilai ) bagi konsumen melalui pengetahuan yang dalam, pengembangan yang
terus menerus, dan pemikiran yang lebih kreatif yang dimungkinkan dengan adanya
pekerja-pekerja yang bermotifasi tinggi.
Pendekatan lean thinkng nya adalah mengurangi pemikiran mengenai
efisiensi operasional dan lebih ke filosopi yang jelas untuk melayani dan memberikan
nilai tambah pada konsumen. Fokus pada konsumen daripada investor sebagian
sebagai tujuan utama, bekerja melalui aspek bisnis untuk memfokuskan diri hanya
pada hal-hal yang dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen, serta
menghilangkan hal-hal. Ini menciptakan aliran kerja yang lebih baik di
perusahaan, dan lebih mendorong munculnya pemikiran-pemikiran untuk memecahkan
masalah, serta mengembangkan custumer experience dan bisnis performance.
Untuk mencapai hal ini, juga
harus diketahui bahwa orang-orang membutuhkan waktu lebih, dan sering kali
tidak terstruktur, untuk memecahkan permasalahan yang nyata, berpikir dengan
lebih inovatif, dan membangun kolaborasi baru. “ Human Sigma “ adalah bagian
dari pendekatan ini untuk mengukur dan mengatur perbedaan antara manusia
didalam kinerja perusahaan.